Ini
dia reality show terdepan di negeri ini yang menurut saya tak hanya
mementingkan rating, tapi juga mutu. Saya yakin, banyak di antara
pembaca review ini juga merupakan penggemar reality show “Kick Andy”.
Kini Andi F. Noya, sang host dari acara tersebut, telah meluncurkan
bukunya dengan judul yang sama dengan acaranya. Sudah beli? Yups, saya
sudah membeli dan membacanya.
Tidak rugi membeli buku ini. Apalagi bila Anda sering tak sempat mengikuti acara “Kick Andy”, padahal Anda adalah penggemar acara tersebut. Mengapa? Karena buku ini merupakan rangkuman dari episode-episode menarik di “Kick Andy”. Ditambah lagi, dalam buku ini, diceritakan pula latar belakang serta sejarah penayangan “Kick Andy” yang tidak singkat. Jadi, ayo ayo beli! (Weleh, saya dibayar berapa sih sama penerbitnya? :P)
Salah satu kisah yang cukup menarik dalam “Kick Andy” adalah tentang sebuah keluarga di Salatiga yang harus menyerahkan anaknya untuk diasuh sebuah keluarga berkebangsaan Jerman lantaran kesulitan ekonomi (na’udzubillahi min dzalik). Menarik, karena setting dari cerita ini adalah kota kelahiran saya. Melihat dan membaca kisah ini, saya tak tahu harus bahagia atau bersedih.
Bahagia, karena Kiyati dapat dipertemukan kembali dengan orang tua kandungnya. Seperti cerita yang happy ending, pertemuan antara ibu dan anak. Sang anak telah hidup dalam kehidupan yang lebih baik (dalam kacamata duniawi). Sekolah lancar dan jadi orang sukses, anak adopsi yang tinggal di manca negara hampir di sepanjang hidupnya namun masih berniat untuk mencari orang tua kandungnya, dan akhirnya bertemulah ia dengan orang tua kandungnya. Tampak menyenangkan bagi kedua belah pihak, bukan?
Bersedih, karena saya tak habis pikir. Bagaimana aqidah yang ditanamkan pada diri Kiyati kecil yang kemungkinan besar tetap dipertahankannya hingga kini. Dari surat ibu kandung Kiyati, tampak bahwa sesungguhnya Kiyati berasal dari sebuah keluarga muslim. Lalu apa aqidah sang keluarga Jerman dan apa yang mereka tanamkan pada Kiyati kecil? Padahal sesungguhnya setiap manusia dilahirkan sebagai seorang muslim. Orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi, ataupun majusi. Betapa bagaimana sebenarnya tanggung jawab orang tua kelak di hari pertanggungjawaban, saya tak mampu membayangkan.
Ah, semua itu di luar kuasa saya. Apalagi hal tersebut sudah keluar dari jalur review buku ini bukan? Over all, buku ini bagus. Sebuah inspiring book, penguak fakta, dan penggugah semangat. Anda juga dapat turut merasakan penderitaan para Junghun-Ianfu sejak zaman penjajahan Jepang, wawancara dengan seorang pahlawan Timor Leste yang dianggap berkhianat, dan masih banyak yang lainnya.
Tidak rugi membeli buku ini. Apalagi bila Anda sering tak sempat mengikuti acara “Kick Andy”, padahal Anda adalah penggemar acara tersebut. Mengapa? Karena buku ini merupakan rangkuman dari episode-episode menarik di “Kick Andy”. Ditambah lagi, dalam buku ini, diceritakan pula latar belakang serta sejarah penayangan “Kick Andy” yang tidak singkat. Jadi, ayo ayo beli! (Weleh, saya dibayar berapa sih sama penerbitnya? :P)
Salah satu kisah yang cukup menarik dalam “Kick Andy” adalah tentang sebuah keluarga di Salatiga yang harus menyerahkan anaknya untuk diasuh sebuah keluarga berkebangsaan Jerman lantaran kesulitan ekonomi (na’udzubillahi min dzalik). Menarik, karena setting dari cerita ini adalah kota kelahiran saya. Melihat dan membaca kisah ini, saya tak tahu harus bahagia atau bersedih.
Bahagia, karena Kiyati dapat dipertemukan kembali dengan orang tua kandungnya. Seperti cerita yang happy ending, pertemuan antara ibu dan anak. Sang anak telah hidup dalam kehidupan yang lebih baik (dalam kacamata duniawi). Sekolah lancar dan jadi orang sukses, anak adopsi yang tinggal di manca negara hampir di sepanjang hidupnya namun masih berniat untuk mencari orang tua kandungnya, dan akhirnya bertemulah ia dengan orang tua kandungnya. Tampak menyenangkan bagi kedua belah pihak, bukan?
Bersedih, karena saya tak habis pikir. Bagaimana aqidah yang ditanamkan pada diri Kiyati kecil yang kemungkinan besar tetap dipertahankannya hingga kini. Dari surat ibu kandung Kiyati, tampak bahwa sesungguhnya Kiyati berasal dari sebuah keluarga muslim. Lalu apa aqidah sang keluarga Jerman dan apa yang mereka tanamkan pada Kiyati kecil? Padahal sesungguhnya setiap manusia dilahirkan sebagai seorang muslim. Orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi, ataupun majusi. Betapa bagaimana sebenarnya tanggung jawab orang tua kelak di hari pertanggungjawaban, saya tak mampu membayangkan.
Ah, semua itu di luar kuasa saya. Apalagi hal tersebut sudah keluar dari jalur review buku ini bukan? Over all, buku ini bagus. Sebuah inspiring book, penguak fakta, dan penggugah semangat. Anda juga dapat turut merasakan penderitaan para Junghun-Ianfu sejak zaman penjajahan Jepang, wawancara dengan seorang pahlawan Timor Leste yang dianggap berkhianat, dan masih banyak yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar